Kelurahan Batuputih Bawah merupakan salah satu kelurahan yang terletak di ujung utara kota Bitung dengan jumlah penduduk sekitar 2025 jiwa dan 611 kk, kelurahan ini adalah kelurahan pesisir pantai dengan panjang pantai sekitar 2 km, penduduknya 75%sebagai nelayan, %17 petani, %5 karyawan swasta, 3 % dibidang pariwisata.
Kampung Wisata Batuputih terbentuk sejak tahun 2017, Kampung Wisata ini memiliki daya tarik yang telah mendunia dari pegunungan, pantai dan hutan. Kampung Wisata ini terbentuk karena banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara. Daya Tarik utama Kampung Wisata Batuputih adalah Tawan Wisata Alam (TWA) Tangkoko. TWA Tangkoko ini terkenal dengan flora dan fauna endemik yang telah mendunia, flora endemik yang dikenal adalah : beringin, aras, pohon bitung, fiskus dan nantu. sedangkan fauna endemik yaitu : tarsius spectrum (monyet terkecil didunia), macaca nigra/black macaa (monyet hitam bokong merah), anoa, kus-kus, dan banyak burung endemik seperti : rangkong, burung hantu sulawesi, king fisher dan lainnya. Kampung ini juga pernah dikunjungi oleh peneliti dunia seperti Alfred Wallesce oleh sebab itu untuk memberikan penghargaan kepada Alfred Wallace dibuatlah patung Allfred Wallace di tengah hutan TWA. Tangkoko. Kampung Wisata ini memiliki paket Bird Waching untuk pecinta burung. kampung wisata ini juga memiliki sunrise yang indah sambil menikmati pemandangan pantai, melihat nelayan melaut. setiap tahunnya juga pemerintah setempat bersama dengan pokdarwis mengadakan pelepasliaran satwa dan juga pelepasan penyu. Pokdarwis Kampung Wisata Batuputih mengembangkan objek wisata baru yaitu mulu kuala/muara sungai. muara sungai ini sebelumnya adalah merupakan daerah kumuh dan hanya dipergunakan oleh nelayan untuk tambat perahu, namun sekarang Pokdarwis mengembangkan wilayah ini dengan nama Mulu Kuala menjadi objek wisata yang cocok untuk berjemur, santai, makan dan minum dan juga berkemah. ditempat ini pokdarwis membangun gazebo dari bambu dan daun katuk untuk tempat berteduh.
Kampung Wisata Batuputih dikenal dengan Kegiatan nelayan dengan kearifan lokalnya serta adat dan budaya yang masih tersisa seperti pergelaran pesta ada tulude.
Mapalus (baku bantu) merupakan salah satu kebudayaan di Sulawesi Utara yang masih dilestarikan hingga saat ini. Mapalus adalah budaya membantu satu sama lain. Di Batuputih, budaya Mapalus masih dilestarikan, salah satunya bisa kita temukan di kalangan nelayan. Para nelayan masih menerapkan budaya mapalus, sebelum melaut untuk mencari ikan dan setelah kembali melaut, peralatan dan perahu yang digunakan masih tradisional. Masyarakat setempat mengenal istilah “Batola” yang berarti saling membantu mendorong perahu ke laut dan istilah “Badola” yang berarti membantu nelayan kembali dari laut dan menarik perahu nelayan ke darat. orang yang membantu akan mendapatkan ikan sebagai balasannya. wisatawan dapat menikmati dan merasakan kegiatan di Batuputih ini bersama-sama
macaca nigra/black macaca (monyet hitam bokong merah) dan tarsius spectrum (monyet terkecil) dan Bird Watching. Mapalus (baku bantu) merupakan salah satu kebudayaan di Sulawesi Utara yang masih dilestarikan hingga saat ini. Mapalus adalah budaya membantu satu sama lain. Di Batuputih, budaya Mapalus masih dilestarikan, salah satunya bisa kita temukan di kalangan nelayan. Para nelayan masih menerapkan budaya mapalus, sebelum melaut untuk mencari ikan dan setelah kembali melaut, peralatan dan perahu yang digunakan masih tradisional. Masyarakat setempat mengenal istilah “Batola” yang berarti saling membantu mendorong perahu ke laut dan istilah “Badola” yang berarti membantu nelayan kembali dari laut dan menarik perahu nelayan ke darat. orang yang membantu akan mendapatkan ikan sebagai balasannya. wisatawan dapat menikmati dan merasakan kegiatan di Batuputih ini bersama-sama
TWA. Tangkoko