Kira – kira pada abad ke – 18 dataran rendah yang diapit oleh Sungai Manemba dan sekarang disebut juga sebagai Sungai Utaurano,dengan sungai Kaengbatu.Ditempat pertemuan kedua sungai itu, tertumpuk batu-batuan, pasir,serta lumpur yang dibawah kedua sungai itu,merupakan suatu pagar atau empang yang tebal dan tinggi.Akibatnya air di tempat itu tergenang dan lama kelamaan membentuk sebuah danau.Bagian udik dari danau itu dinamakan Utaurano,dan bagian hilir dimana empang itu dinamai Tolendano,dan bagian yang kering disekitar Tolendano disebut Moade.Sehingga orang orang dapat mengartikan kata Tolendano dengan Moade sama artinya.Maksudnya kalau orang menyebutkan Tolendano juga sudah mencakup Moade, demikian pula sebaliknya.
Kata Utaurano terdiri dari dua kata,Yaitu kata Uta yang artinya bagian atas (Dalam bahasa sangir Uta,sedangkan dalam bahasa Indonesia Rambut ). Dan kata Rano yang berarti Danau. Jadi Utaurano dapat diartikan sebagai bagian atas Danau.
Kemudian kata Tolendano juga terdiri dari dua kata, yaitu Tole yang artinya ekor dan Dano yang artinya danau. Jadi Tolendano dapat diartikan sebagai ekor danau atau bagian hilir danau.
Dan sebelum Utaurano menjadi sebuah kampung, bagian utara Utauranosudah termasuk dalam wilayah kampung Kalurae,sedangkan bagian selatan termasuk dalam wilayah lenganeng. Karena wilayah kampung Kalurae yaitu dibagian Udik Danau, maka ada banyak penghuninya, sehingga pemerintah menempatkan wakilnya, yaitu,Arkalaus Bawotong pada tahun 1915. Lama kelamaan wilayah Utaurano baik termasuk wilayah Lenganeng maupun masuk wilayah Kalurae ditetapkan sebagai kepalahkampung yang definitive. Berturut-turut kepala Kampung yang memerintah di Utaurano ialah :
1. Arkalaus Bawotong. Tahun 1915-1930
2. Ahmad Bin San Latjui. Tahun 1930-1945
3. Tonggengbeba Aghogho. Tahun 1945-1950
4. Josia H. L.Mocodompis. Tahun 1950-1973
5. Jozef Lantemona. Tahun 1973-1984
6. Izaak Takapulungang. Tahun 1984-1992
7. Pjs. Subiakto Tumuwe. Tahun 1992-1994
8. Hanafi Rabuka. Tahun 1994-2002
9. Diksan Lumengga. Tahun 2002 - 2008
10.Wisnu Katinusa Tahun 2008- 2014
11.Fadly Harikus Tahun 2015 -2018
12.Herdyanto S.Takapulungang,SE Tahun 2018 - Sekarang
Setelah pemugaran Kampung Utaurano pada tahun 2006,maka Dusun V masuk dalam wilayah Kampung Moade dan untuk Kampung Utaurano tinggal 5 ( lima ) dusun dan dusun VI menjadi dusun V.
Dan yang menjadi penduduk asli Kampung Utaurano adalah orang-orang yang datang dari berbagai penjuru.Hingga sekarang penduduk Kampung Utaurano mencapai 1025 jiwa.
Secara geografis wilayah Kampung Utaurano terdiri dari dataran tinggi dan dataran rendah,dan dua buah gunung yaitu gunung Kedang dan gunung Mangehese mengapit dataran rendah yang dialiri oleh Sungai Manemba ( Sungai Utaurano ) sebagian besar terdiri dari rawa-rawa yang dahulunya adalah bekas danau kering tahun 1927.
Di dataran tinggi dan dataran rendah yang tidak berawa tumbuh pohon kelapa, cengkeh,pala,sagubaruk,pisang,dan lain-lain.Sedangkan dataran rendah yang ada rawa tumbuh pohon kelapa,sagu duri,pisang dan lain-lain.dalam rencana pemerintah,rawa-rawa yang ada akan akan dijadikan kebun sawah,kolam ikan,dan kebun kangkung.Sehingga pada tahun 2006 dibuatlah bendungan di Sungai Manemba dan irigasi ini tertimbun dengan tanah dan lumpur yang terbawah oleh air bah yang terjadi pada tanggal 11 januari 2007.Dalam renestralisasian jalan air Sungai sesudah banjir tersebut telah digali pula tanah dan lumpur yang tertimbun di bendungan.